Kamis, 14 Juli 2011

HUBUNGAN ILMU KALAM, TASAWUF DAN FILSAFAT

BAB I
PENDAHULUAN

Batasan tentang ilmu kalam meliputi pengertian ilmu kalam, filsafat dan tasawuf. Ilmu kalam sendiri membahas tentang segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai definisinya. Karena itu ia sering diterjemahkan sebagai Teologis. Sekalipun sebenarnya tidak seluruhnya sama dengan pengertian teologis dalam agama kristen, misalnya (dalam pengertian teologia
dalam agama kristen ilmu fiqh akan termasuk teologia). Karena itu sebagian kalangan ahli yang mnghendaki pengertian yang lebih persis akan menerjemahkan ilmu kalam sebagai teologia dialektis atau teologia rasional dan mereka melihatnya sebagai sumber pokok.
Tasawuf sendiri sebagai suatu ilmu yang mempelajari cara dan bagaimana seorang muslim berada dekat, sedekat mungkin dengan Allah. Tasawuf terbagi dua yaitu tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Dari pengelompokkan tersebut tergambar adanya unsur-unsur kefilsafatan dalam ajaran tasawuf, seperti penggunaan logika dalam menjelaskan maqamat (al-fana, al-baqa, ittihad, hulul, wahdat al-wujud).
Setelah pada abad ke-6 hijriah terjadi pencampuran antara filsafat dengan ilmu kalam, sehingga ilmu kalam menelan filssafat secara mentah-mentah dan dituangkan dalam berbagai bukti dengan nama tauhid. Yaitu pembahasan problema ilmu kalam dengan menekankan penggunaan sematic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang ditempuh para filosof. Kendatipun ilmu kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya penggunaan dalil diindahkan secara nyata.







BAB II


A.    Pengertian Ilmu Kalam
Ada beberapa ta'rif ilmu tauhid yang diberikan oleh para ulama. Di bawah ini disebutkan beberapa diantaranya yang dipandang tepat dengan yang dimaksud.
Ilmu Tauhid adalah Suatu Ilmu yang membahas tentang wujud Alloh sifat-sifat yang wajib tetap padanya, sifat-sifaat yang boleh disifatkan kepadanya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan daripadanya: juga membahas tentang para rosul Alloh meyakinkan kerosulan mereka, meyakinkan apa yang wajib pada diri mereka, apa yang boleh dihubungkan (nisbah) kepada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada mereka.
Ilmu tauhid juga disebut Ilmu Kalam karena masalah yang paling masyhur dan banyak menimbulkan perbedaan pendapat diantara ulama’-ulama’ kurun pertama yaitu apakah kalam Alloh, Wahyu, hadits atau Qodim?
2.    Tentang kerasulan rasul-rasul untuk membuktikan dan menetapkan kerasulannya; tentang sifat-sifat yang wajib baginya; sifat-sifat yang mumkin dan tentang sifat-sifat yang mustahil baginya.
Ta'rif pertama, memasukkan segala soal keimanan, baik mengenai ketuhanan, kerasulan, maupun mengenai soal-soal gaib yang lain, seperti soal malaikat
dan akhirat. Tegasnya, melengkapi Ilahiyat, (soal-soal ketuhanan), nubuwwat (kenabian, kitab, malaikat) dan Sam'iyat (soal-soal keakhiratan, alam gaib). Ta'rif yang kedua mengkhususkan ilmu tauhid dengan soal yang mengenai ketuhanan dan kerasulan saja.
Dengan berpegang pada ta'rif yang pertama, maka sebahagian ulama tauhid membahas soal-soal malaikat, soal-soal kitab, soal-soal kadar, soal-soal akhirat, dan lain-lain yang berhubungan dengan soal beriman di bagian akhir dari kitab-kitab mereka.
Ulama yang berpegang pada ta'rif yang kedua, hanya membahas soal-soal yang mengenai ketuhanan dan kerasulan saja. Risalah Tauhid Muhammad Abduh yang sangat terkenal dalam dunia ilmu pengetahuan adalah salah satu dari kitab yang berpegang pada takrif kedua.
a.       Awal Munculnya Tasawuf/Sufi
Pada jaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Islam tidak mengenal aliran tasawwuf, juga pada masa shahabat dan tabi’in (yaitu generasi setelah shahabat yang mereka itu menuntut ilmu dari para shahabat). Kemudian datang setelah masa tabi’in suatu kaum yang mengaku zuhud yang berpakaian shuf (pakaian dari bulu domba), maka karena pakaian inilah mereka mendapat julukan sebagai nama bagi mereka yaitu Sufi dengan nama tarekatnya Tasawwuf.
Adapun hanya sekedar pengakuan tanpa adanya dalil yang menerangkan ataupun dari berita-berita dusta yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW dan para sahabatnya ra. adalah juga golongan tasawwuf maka cara berhujjah seperti ini tidaklah dapat diterima oleh orang yang berakal.

B.     Pengertian Imu Tasawuf
Harun Nasution mendefinisikan tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana orang Islam dapat sedekat mungkin dengan Alloh agar memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan bahwa seseorang betul-betul berada di hadirat Tuhan.
Apa pun asalnya, istilah tasawuf berarti orang-orang yang tertarik kepada pengetahuan batin, orang-orang yang tertarik untuk menemukan suatu jalan atau praktik ke arah kesadaran dan pencerahan batin.
Penting diperhatikan bahwa istilah ini hampir tak pernah digunakan pada dua abad pertama Hijriah. Banyak pengritik sufi, atau musuh-musuh mereka, mengingatkan kita bahwa istilah tersebut tak pernah terdengar di masa hidup Nabi Muhammad saw, atau orang sesudah beliau, atau yang hidup setelah mereka.
Namun, di abad kedua dan ketiga setelah kedatangan Islam (622), ada sebagian orang yang mulai menyebut dirinya sufi, atau menggunakan istilah serupa lainnya yang berhubungan dengan tasawuf, yang berarti bahwa mereka mengikuti jalan penyucian diri, penyucian "hati", dan pembenahan kualitas watak dan perilaku mereka untuk mencapai maqam (kedudukan) orang-orang yang menyembah Allah seakan-akan mereka melihat Dia, dengan mengetahui bahwa sekalipun mereka tidak melihat Dia, Dia melihat mereka. Inilah makna istilah tasawuf sepanjang zaman dalam konteks Islam.
Saya kutipkan di bawah ini beberapa definisi dari syekh besar sufi:
Imam Junaid dari Baghdad (910 M.) mendefinisikan tasawuf sebagai "mengambil setiap sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah". Syekh Abul Hasan asy-Syadzili (1258 M.), syekh sufi besar dari Arika Utara, mendefinisikan tasawuf sebagai "praktik dan latihan diri melalui cinta yang dalam dan ibadah untuk mengembalikan diri kepada jalan Tuhan". Syekh Ahmad Zorruq (1494 M.) dari Maroko mendefinisikan tasawuf sebagai berikut:
Ilmu yang dengannya Anda dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata bagi Allah, dengan menggunakan pengetahuan Anda tentang jalan Islam,khususnya fiqih dan pengetahuan yang berkaitan, untuk memperbaiki amal Anda dan menjaganya dalam batas-batas syariat Islam agar kebijaksanaan menjadi nyata.
Syekh As-Suyuthi berkata, "Sufi adalah orang yang bersiteguh dalam kesucian kepada Allah, dan berakhlak baik kepada makhluk".
Dari banyak ucapan yang tercatat dan tulisan tentang ta
sawuf seperti ini, dapatlah disimpulkan bahwa basis tasawuf ialah penyucian "hati" dan penjagaannya dari setiap cedera, dan bahwa produk akhirya ialah hubungan yang benar dan harmonis antara manusia dan Penciptanya. Jadi, sufi adalah orang yang telah dimampukan Allah untuk menyucikan "hati"-nya dan menegakkan hubungannya dengan Dia dan ciptaan-Nya dengan melangkah pada jalan yang benar, sebagaimana dicontohkan dengan sebaik-baiknya oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam konteks Islam tradisional tasawuf berdasarkan pada kebaikan budi ( adab) yang akhirnya mengantarkan kepada kebaikan dan kesadaran universal. Ke baikan dimulai dari adab lahiriah, dan kaum sufi yang benar akan mempraktikkan pembersihan lahiriah serta tetap berada dalam batas-batas yang diizinkan Allah, la mulai dengan mengikuti hukum Islam, yakni dengan menegakkan hukum dan ketentuan-ketentuan Islam yang tepat, yang merupakan jalan ketaatan kepada Allah. Jadi, tasawuf dimulai dengan mendapatkan pengetahuan tentang amal-amal lahiriah untuk membangun, mengembangkan, dan menghidupkan keadaan batin yang sudah sadar.

C.    Pengertian Filsafat
Arti Logatnya (Etimologi) Filsafat berasal dari Bahasa Arab “Falsafat” yang berasal dari bahasa Yunani “Philosophia”, Philos berarti suka dan Sophia berarti kebijakasanaan. Jadi Philosophia orang yang suka kebijaksanaan maksudnya orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana.
Arti Praktis, Filsafat berarti alam berfikir jadi berfilsafat berarti berfikir, berfikir secara mendalam dan sangat sungguh-sungguh.
Definisi filsafat menurut para filosof:
a)      Plato (427 SM - 348 SM) “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.”
b)      Aristoteles (382 SM - 322 SM) “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,rektorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.”
c)      Al Farabi (870 - 950) “Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bagaimana hakikat yang sebenarnya.”
d)     Descartes (1590 - 1650) “Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.”
e)      Immanuel Klant (1724 - 1804): “Filsafat adalah suatu pengetahuan yan g menajadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan, yang tercakup didalam empat persoalan:
1)      Apakah yang dapat kita ketahui? (Jawabnya: Metafisika)
2)      Apa yang seharusnya kita ketahui? (Jawabnya: Etika)
3)      Sampai dimanakah harapan kita? (Jawabnya: Agama)
4)      Apakah yang dinamakan manusia? (Jawabnya: Antropologi)”
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan: “Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki secara mendalam tentang tuhan alam semesta dan manusia untu mencari kebenaran yang sejati”

D.    Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
Telah dijelaskan di atas bahwa ilmu kalam atau ilmu tauhid itu ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah. Karena filsafat berdasarkan pemikiran maka pada masa pemerintahan khlalifah Al-Ma’mun, mereka mempertemukan system filsafat dengan syste ilmu kalam dan menjadikan ilmu yang berdiri sendiri diantara ilmu-ilmu yang ada.
Adakalanya karena penyesuaian mereka dengan ahli-ahli filsafffat di dalam memberi nama ilmu mantiq (ilmu Logika) diantara ilmu-ilmu mereka sedangkan mantiq dan kalam adalah sinonim.
Ketika ilmu tauhid dinamakan ilmu kalam penanaman ilmu tauhid dengan ilmu kalam sebenarnya dimaksudkan untuk membedakan antara mutakallimin dan filsafat.mutakallimin dan filsafat islam mempertahankan atau memperkuat keyakinan mereka sama-sama menggunakan metode filsafat, tetapi mereka berbeda landasan awal berpijak. Mutakallimin lebih dahulu bertolak dari Al-Qur’an dan Hadits, sementara filsafat berpijak pada logika. Meskipun demikian tujuan yang ingin mereka capai adalah satu yakni keesaan dan ke Maha Kuasaan Allah SWT,. Dengan kata lain mereka berbeda jalan untuk mencapai tujuan yang sama.
Selanjutnya penjelasan tentang tasawuf sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa tasawuf adalah mensucikan diri dari dunia fana. Dengan tujuan untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga sadar benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan. An intisari dari sufisme itu adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran beada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ijtihad atau meyatu dengan Tuhan.
BAB III
PENUTUP


A.    Simpulan
Berdasarkan pembahasan makalah tersebut, maka dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1.      Bahwa ilmu kalam dengan tasawuf mempunyai titik persamaan yaitu terletak pada objek kajiannya. Baik kalam maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran. Apabila ada titik persamaan, sudah pasti ada titik perbedaannya. Perbedaan keduanya terletak pada aspek metodologinya.
2.      Sedangkan hubungan antara ilmu kalam dengan Al-Qur’an yakni sangatlah erat sekali. Disini Al-Qur’an berperan dalam memberikan motivasi sehinnga memunculkan pemikiran dalam Islam.

B.     Saran
Dari pembahasan makalah ini, kami mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1.      Sebagai seorang umat islam yang baik hendaknya kita selalu berusaha terus untuk menuntut ilmu sampai akhir hayat.
2.      Selagi kita masih diberikan kesempatan, hendaknya kita memperbanyak amal ibadah kita
3.      Dan selalu berpedoman pada Al-Qur’an, agar kita tetap berada dalam jalan yang lurus








DAFTAR PUSTAKA


Razak, Abdul dkk. 2010. Ilmu Kalam. Bandung:Pustaka Setia
Ghazali, Adeng Muchtar. 2005. Perkembangan Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga
http://www.docstoc.com/docs/62916744/hubungan-tasawuf-ilmu-kalam-filsafat
http://wanipintar.blogspot.com/2009/03/hubungan-tasawuf-dengan-ilmu-kalam.html

Tidak ada komentar: